(UAS) Feature

BERAWAL DARI PANDEMI SEKARANG PUNYA RESTO SENDIRI

 


Tampak di pinggir jalan sesosok pria tua bercelana jeans bertopi dan berbaju hitam. Sosok yang berpostur tubuh tidak tinggi serta berpenampilan sederhana khas pedagang kaki lima. Berdiri didepan penggorengan dengan minyak panas sedang menggoreng ayam. Pria tersebut Bernama Sabarso. Pria pensiunan lestoran ayam tersebut setiap pagi berangkat dari rumah pukul 05.00 Wib untuk menjajakan daganganya dipinggir jalan. Ia memulai bisnisnya semenjak pandemi melanda Indonesia.
Sebelum ia berbisnis ayam geprek, Ia sempat membuka pemancingan ikan lele, pemancingan tersebut setiap hari ramai akan pemancing yang sekedar menghabiskan waktunya untuk refreshing menghilangkan penat setelah bekerja. Belum lama ia membuka pemancingan pandemi melanda Indonesia. Dampak pandemi telah merubah perekonomian keluarganya. Pemancingan yang baru ia buka ahirnya harus gulung tikar karena dampak dari pandemi.

Sebagai kepala keluarga ia langsung memutar otak bagaimana cara memulihkan perekonimian ditengah pandemi. Sabarso lantas mencoba untuk berbisnis ayam geprek. Ayam yang ia jual mempunyai cita rasa yang berbeda dengan ayam goreng yang dijual di pinggir jalan pada umumya. Resep dengan cita rasa yang khas tersebut tidak ia dapatkan begitu saja. Sabarso bereksperimen dengan mencampurkan bumbu satu dengan yang lain dengan tujuan untuk mendapatkan rasa yang pas. berkali-kali ia merasakan kegagalan dalam menciptakan resep. Akantetapi kegagalan tersebut tidak membuat semangatnya untuk terus mencoba menjadi ciut. Sabarso terus dan terus mencoba dan sampai ahirnya ia mendapatkan resep ayam khas ciptaannya sendiri.

Rasa ayam yang khas dengan bumbu jawa membuat lidah pada konsumennya untuk kembali lagi. “ayam yang saya jual ini bumbunya racikan sendiri” kata sabarso. “ayam saya ini bumbunya jawa tapi rasanya amerika mas” celetuk sabarso sambil tertawa.  Disamping rasa ayam yang khas dengan bumbu jawanya ia juga terkenal dengan sambal bawangnya yang khas. “Sambal bawangnya pedas dan beda dengan sambal bawang pada umumnya” kata pembeli. Ayam yang ia gunakan juga ayam yang berkualitas. daging ayam yang ia gunakan langsung didatangkan dari pabrikan langsung. “ayam potong pabrikan sama ayam potong rumahan itu berbeda kualitasnya, kalau ayam pabrikan itu besarnya sama dan dagingnya itu selalu segar” kata sabarso.
Ia juga mempunyai ciri yang berbeda dengan pedagang kaki lima yang lainnya. Karna dulu ia terbiasa berada pada restoran modern. Dalam berbisnis kali lima ia juga menggunakan alat modern untuk menggoreng ayam. Dengan penggorengan modern tersebut ia berbeda dengan pedagang ayam kaki lima lainya. Katanya dengan mempunyai ciri sendiri akan menarik konsumen untuk datang membeli. Oleh karena itu Ia mengunakan kompor yang modern untuk menggoreng ayam. dengan itulah yang membedakannya dengan pedagang kaki lima lainnya.

Dua tahun pandemic melanda Indonesia perjalanannya untuk memulai bisnis tidak mudah perlu perjuangan serta keuletan dan sekarang ia mempunyai banyak cabang yang tersebar di kota solo. Bahkan belum lama ini ia juga membuka restoran ayam untuk yang pertama kalinya.

oleh: Syahrizal Hanif  Fatkhurrohman_A310190110

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH DESA SUKOREJO

Ulasan Film "The Post"